Transformasi Makna Sabar Bagi Terapis (Studi Fenomenologis di Yayasan Budi Mulya Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat)

Authors

  • Saepulloh Saepulloh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Falah Cihampelas Bandung Barat

DOI:

https://doi.org/10.36418/syntax-imperatif.v1i4.46

Keywords:

Transformasi, Makna Sabar, Terapis

Abstract

Autis adalah anak yang memiliki hambatan dalam proses sosial, komunikasi, perilaku dan bahasa. Setiap anak autis memiliki kondisi yang berbeda-beda, untuk kondisi autis berat memiliki perilaku tantrum yang berlebihan, yaitu sering menunjukkan perilaku negatif pada orang-orang di sekitarnya terutama pada para terapis.  Oleh sebab itu, dalam mendidik  anak autis dibutuhkan kesabaran  yang  ekstra.  Sebagaimana  fenomena  yang  peneliti  temukan  di YayasanBudi Mulya menunjukkan bahwa beberapa terapis sering mendapatkan perlakuan negatif  dari  anak-anak  autis  yang  diterapinya.  Adapun  beberapa  bentuk  perilaku  negatif  yaitu meninju,  memukul  dan  mancakar  terapis.  Untuk  itu  penelitian ini  bertujuan  untuk  memahami signifikasi sabar bagi masing-masing para terapis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-fenomenologis. Fenomenologi  menekankan pengalaman subjektifitas atau pandangan berfikir yang menekankan pada pengalaman- pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia subyek. Peneliti menggunakan empat  subyek  yaitu  terapis  yang  bekerja diYayasan Budi Mulya Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.  Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dandokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memaknai sabar: (1) menerima semua kondisi, muncul perilau sabar berawal dari rasa sayang dan ketulusan serta tetap tenang dalam menghadapi perilaku  anak  autis.  (2)  menerima  dengan  ikhlas  apapun  ujian  yang  Allah  berikan  dan  selalu berprasangka baik (husnudzon) terhadap semua masalah. (3) dapat menahan diri dan emosi atas perilaku negatif dari anak-anak autis, misalnya saat mereka refleks memukul ataupun melakukan hal negatif lainnya yang dapat menyakiti fisik terapis, untuk tidak membalas perlakuan tersebut. (4)  dapat mengatur emosi dengan cara berusaha menekan egonya.

Published

2020-09-25